Teman, saya bingung, kesal n sedih.

2 tahun lalu, saya punya masalah dg adik ipar (saat itu tmn2 d milis ini bantu nasehat, doa n perhatianny. terimakasih). adik ipar berkenalan dg wanita cantik d fb. ngakuny blm pernah ketemu tp udh berani transfer uang ratuisan juta. hanya krn si wanita ngaku kenal dg saya. ketika wanita it menutup akun fb ny. adik ipar n kluarga suami meminta pertanggung jwban saya (adik ipar menyita barang2 berharga. hebatny lg, ats bantuan temannya yg bekerja d slh satu bank pemerintah-tempat saya menabung, adik ipar bisa mengantongi print out transaksi tabungan pribadi saya tanpa ijin n suami tak berdaya) n masalah ini sempat ke polisi. saya dan bayi saya (waktu it blm 1 th n msh menyusu) terancam msk penjara atas ijin bapak n ibu mertua !

masalah ini, selesai seiring berjalannya waktu. rumah tangga kami baik2 saja smp skr. suami lbh memilih percaya sy, istriny yg tidak berpenghasilan tetap (sy profesional n ikut mengelola usaha kluarga). istilahny, saya makan d tanggung suami. apa yg sy punya dari suami. walau ibu nya dia kenal sejak dia lahir, walau dia tumbuh bersama dg adik nya.

tapi sejak kejadian itu, ibarat kaca yg telah pecah, mungkin bisa disatukan lagi dg lem. tp bekas pecahan itu nyata terlihat. saya tak lagi merasa aman n nyaman ada di tengah kluarga suami. mreka cerdas, terpandang...tp melihat masalah scra subjektif-wajarlah, anakny. jd hrs d bela habis2an. adik ipar yg mengerti hukum menjadikan bukti printout rekening yg di dapat ny ilegal sbg bukti di hadapan mertua n kluarga besarnya. senyum sy penuh kepalsuan, sikap manis sy hanya buatan. karena perih itu masih terasa. setiap sy ingat wajah si sarjana hukum itu (adik ipar) sy ingat smua kalimat2 cemooh nya baik pd sy maupun mama saya.

scra kasat mata, tatapan sinis itu msh tertuju pd ku. aku tidak mungkin mengakui suatu hal yg tidak pernah aku perbuat. aplg mengganti uang yg tidak pernah ku makan.

Acara2 kluarga membuat ku tertekan (pernikahan?). aku tidak tau hrs bagaimana bersikap n menempatkan diri. saat bapak mertua meninggal, sy msh bersedia datang (hukumny wajib dlm agama sy). saat wisuda kmrn, suami meminta sy dtg k acara wisuda adikny yg lain. ibu mertua tanya "ngapain ksini?". bulan depan. adikny yg lain akan menikah. sy tdk mungkin tdk menemani suami dlm perjlnan k jawa. bagaimana pendapat teman2 kalau sy memilih menemani tp tdk ikut acara pesta (sy bs menghabiskan waktu unt pny acara sndr. mengunungi objek wisata atau belanja?) hal ini pernah terjadi pd pernikahan adikny yg lain (adik suami ada 6 org). suami td keberatan n memaklumi.

sebisa mungkin, sy menjauhkan diri n anak sy dr kluarga bsr suami. sy merasa tdk menjd bagian dari mereka. sy tdk mau anak sy mendengar hal2 buruk ttg sy maupun kluarga bsr suami. smp dia besar n mengerti hidup.
saya pernah bilang k suami "benar dia ibu mu, kakak mu, adik mu...tp bukan kluarga ku!"

sy tau sy salah bersikap spt ini. luka itu msh perih terasa. blm sanggup rasany hati memaafkan n ikhlas menerimany. entah dari mana hrs memulai smuanya lgi. stlh tuduhan, hinaan, caci maki sy telan bulat2 sndr. bayangan sy menyusui anak sy sambil di introgasi polisi belasan jam. slama itu pulsa sy menggendong bayi saya smbl memeluknya. air mata sy jatuh ke wajahny, tp dia tak juga terjaga seharian. polisi itu, seorg bapak, dengan bijak menasehati untuk sy berdamai, mengakui kesalahan bila bersalah atau ikut membantu adik ipar mengembalikan uang perusahaan yg dia pinjam n kemudian d bw lari perempuan itu. pak polisi it puasa tdk merokok selama mem BAP saya. saya sama sekali tak sudi berdamai, aplg mengeluarkan uang ats kebodohan org lain (logika kah, seorg sarjana mengeluarkan uang ratusan juta pd perempuan yg katany blm pernah di temuiny tp beralasan uang itu untuk biaya bisnis bersama n pernikahan?)

mohon sarannya teman-teman semua...